Sabtu, 21 Juni 2014

DISAPPEARED


By: Reksa Aji Sangsaka

Pengalaman hidup selama ini, membuahkan cerita yang patut untuk di simak. Kisah seorang remaja yang ingin menenemukan jati diri. Sebuah fenomena hidup yang mungkin dialami remaja seumuranku (mungkin, hehe).
Dan cerita ini berawal dari saat aku menempati bangku smk. Yaa, tepatnya saat itu aku menduduki kelas 11 (2) smk. Di sini, aku mulai berfikir banyak dan berfikir maju dalam pengetahuan tentang hidup.  Dari sekolah kecil yang tidak terlalu terkenal di kotaku. Sekolah yang ku pilih untuk menentukan masa depanku. Sekolah yang berbasis islam, yaah-karena aku juga berasal dari keluarga yang notabenya beragama islam.
Sebelum aku bercerita lebih lanjut tentang pengalaman hidupku, izinkanlah aku memperkenalkan diriku. Namaku reksa aji sangsaka, dan semua teman-temanku biasa memanggil dengan sebutan ‘reksa’.aku tinggal di sebuah kota kecil nan sejuk bernama Temanggung. “this is temanggung” kata yang sering terucap dari mulutku jika ada teman dari luar kota yang berkunjung. Aku adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Sebenarnya sih aku mempunyai kembaran, tapi dalam keluarga aku dianggap anak paling tua. Jadi kedudukanku menjadi kakak tertua dalam keluarga. Aku tipe anak Yang cenderung selalu ber fikir berlebihan, kenapa begitu? Karena aku selalu menghawatirkan suatu hal yang seharusnya tidak terlalu ku hawatirkan.  Karena aku cowok yang sealu berfikir sebelum bertindak (walau kadang sering gegabah). Aku juga anak yang tidak tegaan seperti layaknya cowok lain. Aku anak yang lemah lembut, walau kadang sering kepo dan menjengkelkan, hahahahahahaha.
Semua yang kualami selama hidup selalu aku saring dan aku jadikan pelajaran agar tidak jatuh kelubang yang sama, walau aku sering sedikit ngeyel dank eras kepala.
Dan pertama-tama, cerita ini akan ku mulai dari saat aku menduduki kelas 11 smk. Karena saat itu aku
Di hadapkan dengan tugas prakerin (praktik kerja industri). Tugas yang sangat wajar yang dialami oleh anak yang bersekolah di SMK. Saat itu adalah bulan jamuari tepatnya. Aku harus disibukkan dengan mencari tempat kost lah, mencari tempat prakerin, Hingga pada suatu hari aku dan teman dekatku yang bernama Ragil mencari tempat untuk aku melaksanakan prakerin. Dari temanggung aku relakan berkunjung ke kota besar dan beda provinsi (keliatan gaya) yaitu Yogyakarta. Karna disana aku yakin akan bertemu orang-orang hebat yang akan membimbingku menjadi seseorang yang professional.dengan mengendarai motor milik kakak Ragil, kami berdua memberanikan diri berangkat ke jogja, padahal saat itu kami berdua belum memiliki surat ijin mengemudi (SIM) sama sekali. Sampai akhirnya aku mendapatkan tempat itu, tempat dimana aku menimba segala ilmu baru. Dan saat itu aku berbincang-bincang tentang tempat yang akan menjadi tempat prakerin.

Ragil :   “sa, akpa kamu mantap ingin melakukan prakerin di tempat ini? Ini kan setasiaun TV ternama di jogja?”
Aku:     “kalo aku sih mantap-mantap aja gil, toh disini kita pasti banyak mendapat ilmu baru. Percaya deh sama aku! (dengan penuh percaya diri)”
Ragil :   “okelah kalau begitu sa, apa yang terbaik buatmu, itu juga menjadi yang terbaik buatku!”
Aku :    tersenyum sambil berkata dalam hati (“aduh, gombalnya keluar ini anak”)
Kami pun langsung bergegas memasuki gedung TV tersebut, dengan penuh percaya diri dan harapan di terima prakerin di tempat tersebut. Kami mengajukan surat lamaran kami kepada pihak televise, dan dari pihak televise member waktu satu minggu untuk menentukan diterima atau tidak untuk melaksanakan prakerin di tempat itu. setelah melakukan pendaftaran tersebut, kami berdua sepakat untuk langsung pulang ke temanggung. Karna pada saat itu hari juga telah siang. Dan kami tidak mau pulang terlalu malam. Dalam perjalanan pulang, ragil melakukan sedikit percakapan dengaku di jalan
Ragil : “sa, gimana kalau kita sampai magelang nanti, kita mampir dulu ke kost temenku, dia cewek hlo sa” (dengan nada bicara yang menggoda)
Aku :   “emmm, bukane aku nggak mau, tapi aku malu gil”
Ragil :  “nggak usah malu sa, dia anak yang asik, cantik lagi. Pokoknya kamu harus kenal dengan temenku yang satu ini
Disinilah aku mulai penasaran dengan anak tersebut, tapi ragil tak mau member tahu namanya.  Perjalanan pun terus kami lanjutkan, dengan penuh rasa penasaran pada anak tersebut . hari yang panas, debu dan asap kendaraan, menemani laju kami untuk pulang ke rumah. Dan hingga tak terasa, perjalanan kami telah sampai di magelang. Kota tempat anak perempuan yang mempuatku penasaran.
Perjalanan kami pun berlanjut, sebelum sampai tempat anak perempuan itu, kami memasuki gang hingga kami belihat sesosok perempuan dengan mengenakan celana hotpants putih dan t-shirt biru muda. Mataku langlung terpusat pada wanita itu, lalu aku mengatakan bisikan kecil ke telinga ragil
            Aku  : “gil, apa itu cewek yang kamu maksud?”
            Ragil :  “wah, iya sa, itu dia temenku!”
Ternyata pengelihatanku tidak salah, wanita dengan mata sipit khas orang tionghoa, rambut panjang hitam, dan kulit yang putih (walau masih putih aku) ternyata memang benar teman ragil. Tidak lama kemudian kami berdua mendatangi perempuan tersebut. Dengan senyuman manis tipis, wanita itu menyapa kedatangan kami berdua. Aku agak malu sih sebenarnya, karena baru pertama kali dalam hidupku bertemu dengan wanita itu.  dan sesampainya disana, aku hanya terdiam karena malu, temaku ragil yg mengajak dia bercerita (nostalgia). Aku hanya bisa melihat mereka berbincang dari atas sepeda motor yang ragil parkir di depan kost. Suasana saat itu cerah dan sejuk. Menambah rasa betah untuk lama-lama di sana. Aku tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka berdua bicarakan. Karena jarak motor dengan mereka duduk sekitar  2 meter. Dan dari sinilah aku mulai memperhatikan perempuan itu, dia begitu halus, riang, dan sepertinya sangat asyik bila mengobrol dengannya.
Saat itu hari sudah semakin sore, selain tidak enak dengan yang punya kost, kami juga tidak bisa pulang kemalaman karena jarak rumahku dengan rumah ragil sangat jauh.  Kami pun berpamitan dan bergegas pulang ke rumah. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi, semenjak melihat anak itu.

Keesokan harinya di sekolah, rutinitas kami berjalan seperti biasa, kelas yang panas, guru yang kurang asyik, teman-teman yang sudah mulai mengantuk, menambah rasa suntuk untuk berada lama-lama di kelas. Dan di tengan kesuntukkanku, terlintas ide, bahwa aku harus punya nomor hp perempuan itu. dengan rasa ngantuk yang parah, aku mulai memanggil nama ragil yang kebetulan duduk di sebelahku pada waktu itu.

            Aku :   “eh, gil.. pinjem hp kamu dong?”
            Ragil : “mau buat apa sa? Awas aja kalo kamu kepo!”
            Aku :   (sambil menyunggingkan senyum lebar aku berkata) “ santai gil, santai”sebelum aku

Mencari kontak cewek itu, aku bertanya dulu kepada ragil yang sempat memecah rasa ngantuk di dalam kelas yang panas.

            Aku :   “eh gil, cewek yang kemarin kita datengin kost-kosannya itu siapa?”
            Ragil : “ooh, itu.. itu dewi, emang kenapa? Kamu suka?”
            Aku :   “sembarangan, aku kan cuma ingin tau nama, masa di bilang suka? Edan kamu!”

Ternyata anak yang ku temui kemarin bernama dewi, aku baru tahu sekarang. Nama yang cantik secantik anak itu. sesampai di rumah aku merebahkan badan di kamarku. Dengan kipas angin yg memutar, menambah kesejukan di siang itu.

sore pun sudah beranjak berganti menjadi malam , dan malam itulah awal dari semuanya di mulai. Saat itu, aku memberanikan diri untuk mulai mengirim sms kepada dewi. Dengan rasa malu, aku nekat berkenalan pada saat itu. aku mulai memperkenalkan diri, aku merasa sangat canggung. “Smsan aja canggung, apa lagi ketemu” pikirku saat itu. Tapi tekatlah yang mampu menguatkanku. Keinginan ingin kenal dengan dewi lah yang membuatku berani.
Aku masih ingat. Ketika itu, sms pertamaku adalah “ini bener nomor dewi crisna kan?” (sambil pura-pura bodoh). Kami mulai berbincang-bincang dan saling tukar pertanyaan. Aku menanyakan hobi, tanggal lahir, serial kartun favorit, kartun favorit, sampai warna favoritnya pun aku Tanya (kepo). Dan semua memori yang telah 2 tahun silam, masih terekam dalam otakku. Haaaah, betapa mendebarkan momen-momen itu. sejenak aku terlena, akan indahnya dia. Akhirnya, aku bisa berkenalan dengannya.

Hari pun berganti menjadi bulan, dan begitupun seterusnya. Aku mulai akrab satu sama lain dengan dewi. Semua kesamaan dan kecocokan inilah yang membuatku nyaman jika berkomunikasi dengan dewi. Ingin rasanya waktu-waktuku ku habiskan bersama dewi.  Dewi yang begitu lembut, sopan, dan asyik diajak bercanda sangan membuatku betah. Dan suatu hari, entah kenapa aku merasa ada hal aneh yang ku rasakan saat mengingat namanya. Aku merasa sangat nyaman, sangat senang, sangat bangga saat aku berkomunikasi dengannya. “apakah ini cinta? Apakah ini yang dinamakan cinta?” tanyaku pada diriku sendiri. Entah kenapa aku bisa sejatuh cinta ini kepadanya. Sehari tanpanya, serasa  setahun didalam penjara. Hasratku ingin mengetahui walau sekedar kabar, sangat besar! Wooooow, fix, aku suka pada  dewi! Seakan berfikir, aku dapat mengalahkan semua sainganku. Padahal sebenarnya aku sudah tau, kalau dewi suka dengan laki-laki lain.
hari-hari pun aku isi dengan semangat, jika aku mengingatnya.  Dia adalah wanita perhatian, entah aku yang keGRan apa tidak, yang pasti aku sayang dia. Malam-malampun terus berganti.  Dan disinilah timbul pemikiran baru. Dari rasa yang hebat menjadi sebuah kecanggungan.  Aku mulai di penuhi pikiran-pikiran baru, dan salah satunya adalah cara berpakaian dewi. Entah itu karena tuntutan trend apa karena dia model. Sering aku melihat di foto-fotonya saat di studio, atau saat pemotretan. Dia mengenakan pakaian yang terbuka. Ingin sekali aku bilang “wi, tutup auratmu, tutup. Jangan perlihatkan auratmu kesembarangan orang. Harta terbesar yang kau miliki adalah aurat!” tapi apadaya, aku takut jika aku mengatakan itu, dewi akan marah padaku. Aku takut jika dia merasa diatur-atur. Tapi di sisi lain, aku juga berfikir, dia adalah seorang model, dia harus professional dalam menerima job. Kebingunganku brtambah dan bertambah.
Ingin rasanya aku bilang pada dewi, “dewi aku sayang dan cinta sama kamu, tapi ini serius! Dan nggak bercanda!” karena aku sering bercanda dengan bilang “sayang kamu” “cinta kamu wi :*” dengan harapan semua itu menjadi kenyataan. Tapi di sisi lain, aku juga harus berkaca, instropeksi diri. Siapa aku, siapa aku! Aku hanyalah anak orang yang tidak terlalu kaya. Aku adalah anak yang hanya bisa bermimpi untuk menjadi pacarnya. Aku hanya anak yang tak punya apa-apa L. Yang kubisa hanyalah terus, terus, meberi semangat kepadanya.
Pernah aku mencoba melupakan dewi dengan mencoba pindah ke wanita lain, tapi apa daya, aku tetap tak bisa. Rasa cintaku padanya, kalah dengan rasa cintaku pada dewi.
Dan saat itu, saat malam itu. aku pernah berjanji, aku akan mencoba untuk tidak mencintai dewi! Aku bertekad sangat kuat. Aku dan dewi hanyalah dan harus sebatas teman. Aku akan membuatnya nyaman berada denganku walau sebatas teman apapun caranya! Itu ada lah tekatku. Walau, asuatu saat, entah itu kapan, aku akan mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya kepada dewi. Suatu saat dan pasti! Entah diterima atau tidak, itu urusan belakang. Yang terpenting aku harus berani!

Itu adalah kisah singkat dari pengalaman hidup ku.
·         Jangan ketawa saat membaca, karena bahasa agak alay. Sekian dan terimakasih

·         Oh iya, aku juga baru ingat, aku masih mempunyai satu keinginan kecil yang bahkan tidak akan terkabulkan. Yaitu, saat aku terbangun dari tidur malamku, dan orang yang pertama membangunkanku adalah kamu “dewi crisna”             J        J         J