By:
Reksa Aji Sangsaka
Pengalaman
hidup selama ini, membuahkan cerita yang patut untuk di simak. Kisah seorang
remaja yang ingin menenemukan jati diri. Sebuah fenomena hidup yang mungkin
dialami remaja seumuranku (mungkin, hehe).
Dan
cerita ini berawal dari saat aku menempati bangku smk. Yaa, tepatnya saat itu
aku menduduki kelas 11 (2) smk. Di sini, aku mulai berfikir banyak dan berfikir
maju dalam pengetahuan tentang hidup.
Dari sekolah kecil yang tidak terlalu terkenal di kotaku. Sekolah yang
ku pilih untuk menentukan masa depanku. Sekolah yang berbasis islam,
yaah-karena aku juga berasal dari keluarga yang notabenya beragama islam.
Sebelum
aku bercerita lebih lanjut tentang pengalaman hidupku, izinkanlah aku
memperkenalkan diriku. Namaku reksa aji sangsaka, dan semua teman-temanku biasa
memanggil dengan sebutan ‘reksa’.aku tinggal di sebuah kota kecil nan sejuk
bernama Temanggung. “this is temanggung” kata yang sering terucap dari mulutku
jika ada teman dari luar kota yang berkunjung. Aku adalah anak sulung dari tiga
bersaudara. Sebenarnya sih aku mempunyai kembaran, tapi dalam keluarga aku
dianggap anak paling tua. Jadi kedudukanku menjadi kakak tertua dalam keluarga.
Aku tipe anak Yang cenderung selalu ber fikir berlebihan, kenapa begitu? Karena
aku selalu menghawatirkan suatu hal yang seharusnya tidak terlalu ku
hawatirkan. Karena aku cowok yang sealu
berfikir sebelum bertindak (walau kadang sering gegabah). Aku juga anak yang
tidak tegaan seperti layaknya cowok lain. Aku anak yang lemah lembut, walau
kadang sering kepo dan menjengkelkan, hahahahahahaha.
Semua
yang kualami selama hidup selalu aku saring dan aku jadikan pelajaran agar
tidak jatuh kelubang yang sama, walau aku sering sedikit ngeyel dank eras
kepala.
Dan
pertama-tama, cerita ini akan ku mulai dari saat aku menduduki kelas 11 smk.
Karena saat itu aku
Di
hadapkan dengan tugas prakerin (praktik kerja industri). Tugas yang sangat
wajar yang dialami oleh anak yang bersekolah di SMK. Saat itu adalah bulan
jamuari tepatnya. Aku harus disibukkan dengan mencari tempat kost lah, mencari
tempat prakerin, Hingga pada suatu hari aku dan teman dekatku yang bernama
Ragil mencari tempat untuk aku melaksanakan prakerin. Dari temanggung aku
relakan berkunjung ke kota besar dan beda provinsi (keliatan gaya) yaitu
Yogyakarta. Karna disana aku yakin akan bertemu orang-orang hebat yang akan
membimbingku menjadi seseorang yang professional.dengan mengendarai motor milik
kakak Ragil, kami berdua memberanikan diri berangkat ke jogja, padahal saat itu
kami berdua belum memiliki surat ijin mengemudi (SIM) sama sekali. Sampai
akhirnya aku mendapatkan tempat itu, tempat dimana aku menimba segala ilmu
baru. Dan saat itu aku berbincang-bincang tentang tempat yang akan menjadi
tempat prakerin.
Ragil : “sa, akpa kamu mantap ingin melakukan prakerin di tempat ini? Ini
kan setasiaun TV ternama di jogja?”
Aku: “kalo aku sih mantap-mantap aja gil, toh disini kita pasti
banyak mendapat ilmu baru. Percaya deh sama aku! (dengan penuh percaya diri)”
Ragil : “okelah kalau begitu sa, apa yang terbaik buatmu, itu juga menjadi
yang terbaik buatku!”
Aku : tersenyum sambil berkata dalam hati (“aduh, gombalnya keluar ini
anak”)
Kami pun
langsung bergegas memasuki gedung TV tersebut, dengan penuh percaya diri dan
harapan di terima prakerin di tempat tersebut. Kami mengajukan surat lamaran
kami kepada pihak televise, dan dari pihak televise member waktu satu minggu
untuk menentukan diterima atau tidak untuk melaksanakan prakerin di tempat itu.
setelah melakukan pendaftaran tersebut, kami berdua sepakat untuk langsung
pulang ke temanggung. Karna pada saat itu hari juga telah siang. Dan kami tidak
mau pulang terlalu malam. Dalam perjalanan pulang, ragil melakukan sedikit
percakapan dengaku di jalan
Ragil : “sa, gimana kalau kita sampai magelang nanti, kita mampir dulu ke
kost temenku, dia cewek hlo sa” (dengan nada bicara yang menggoda)
Aku : “emmm, bukane aku nggak mau, tapi aku malu gil”
Ragil : “nggak usah malu sa, dia anak yang asik, cantik lagi. Pokoknya kamu
harus kenal dengan temenku yang satu ini
Disinilah
aku mulai penasaran dengan anak tersebut, tapi ragil tak mau member tahu
namanya. Perjalanan pun terus kami
lanjutkan, dengan penuh rasa penasaran pada anak tersebut . hari yang panas,
debu dan asap kendaraan, menemani laju kami untuk pulang ke rumah. Dan hingga
tak terasa, perjalanan kami telah sampai
di magelang. Kota tempat anak perempuan yang mempuatku penasaran.
Perjalanan
kami pun berlanjut, sebelum sampai tempat anak perempuan itu, kami memasuki
gang hingga kami belihat sesosok perempuan dengan mengenakan celana hotpants putih dan t-shirt biru muda. Mataku langlung terpusat pada wanita itu, lalu
aku mengatakan bisikan kecil ke telinga ragil
Aku
: “gil, apa itu cewek yang kamu
maksud?”
Ragil : “wah, iya sa, itu dia temenku!”
Ternyata
pengelihatanku tidak salah, wanita dengan mata sipit khas orang tionghoa, rambut panjang hitam, dan
kulit yang putih (walau masih putih aku) ternyata memang benar teman ragil.
Tidak lama kemudian kami berdua mendatangi perempuan tersebut. Dengan senyuman
manis tipis, wanita itu menyapa kedatangan kami berdua. Aku agak malu sih
sebenarnya, karena baru pertama kali dalam hidupku bertemu dengan wanita itu. dan sesampainya disana, aku hanya terdiam
karena malu, temaku ragil yg mengajak dia bercerita (nostalgia). Aku hanya bisa
melihat mereka berbincang dari atas sepeda motor yang ragil parkir di depan
kost. Suasana saat itu cerah dan sejuk. Menambah rasa betah untuk lama-lama di
sana. Aku tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka berdua bicarakan. Karena
jarak motor dengan mereka duduk sekitar
2 meter. Dan dari sinilah aku mulai memperhatikan perempuan itu, dia
begitu halus, riang, dan sepertinya sangat asyik bila mengobrol dengannya.
Saat itu
hari sudah semakin sore, selain tidak enak dengan yang punya kost, kami juga
tidak bisa pulang kemalaman karena jarak rumahku dengan rumah ragil sangat
jauh. Kami pun berpamitan dan bergegas
pulang ke rumah. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi, semenjak melihat anak
itu.
Keesokan
harinya di sekolah, rutinitas kami berjalan seperti biasa, kelas yang panas,
guru yang kurang asyik, teman-teman yang sudah mulai mengantuk, menambah rasa
suntuk untuk berada lama-lama di kelas. Dan di tengan kesuntukkanku, terlintas
ide, bahwa aku harus punya nomor hp perempuan itu. dengan rasa ngantuk yang
parah, aku mulai memanggil nama ragil yang kebetulan duduk di sebelahku pada
waktu itu.
Aku : “eh, gil.. pinjem hp kamu dong?”
Ragil : “mau buat apa sa? Awas aja kalo kamu kepo!”
Aku : (sambil menyunggingkan senyum lebar aku berkata) “ santai gil,
santai”sebelum aku
Mencari
kontak cewek itu, aku bertanya dulu kepada ragil yang sempat memecah rasa
ngantuk di dalam kelas yang panas.
Aku : “eh gil, cewek yang kemarin kita datengin kost-kosannya itu siapa?”
Ragil : “ooh, itu.. itu dewi, emang kenapa? Kamu suka?”
Aku : “sembarangan, aku kan cuma ingin tau nama, masa di bilang suka?
Edan kamu!”
Ternyata
anak yang ku temui kemarin bernama dewi, aku baru tahu sekarang. Nama yang
cantik secantik anak itu. sesampai di rumah aku merebahkan badan di kamarku.
Dengan kipas angin yg memutar, menambah kesejukan di siang itu.
sore pun
sudah beranjak berganti menjadi malam , dan malam itulah awal dari semuanya di
mulai. Saat itu, aku memberanikan diri untuk mulai mengirim sms kepada dewi.
Dengan rasa malu, aku nekat berkenalan pada saat itu. aku mulai memperkenalkan
diri, aku merasa sangat canggung. “Smsan aja canggung, apa lagi ketemu” pikirku
saat itu. Tapi tekatlah yang mampu menguatkanku. Keinginan ingin kenal dengan
dewi lah yang membuatku berani.
Aku
masih ingat. Ketika itu, sms pertamaku adalah “ini bener nomor dewi crisna
kan?” (sambil pura-pura bodoh). Kami mulai berbincang-bincang dan saling tukar
pertanyaan. Aku menanyakan hobi, tanggal lahir, serial kartun favorit, kartun
favorit, sampai warna favoritnya pun aku Tanya (kepo). Dan semua memori yang
telah 2 tahun silam, masih terekam dalam otakku. Haaaah, betapa mendebarkan
momen-momen itu. sejenak aku terlena, akan indahnya dia. Akhirnya, aku bisa
berkenalan dengannya.
Hari pun
berganti menjadi bulan, dan begitupun seterusnya. Aku mulai akrab satu sama
lain dengan dewi. Semua kesamaan dan kecocokan inilah yang membuatku nyaman
jika berkomunikasi dengan dewi. Ingin rasanya waktu-waktuku ku habiskan bersama
dewi. Dewi yang begitu lembut, sopan,
dan asyik diajak bercanda sangan membuatku betah. Dan suatu hari, entah kenapa
aku merasa ada hal aneh yang ku rasakan saat mengingat namanya. Aku merasa
sangat nyaman, sangat senang, sangat bangga saat aku berkomunikasi dengannya.
“apakah ini cinta? Apakah ini yang dinamakan cinta?” tanyaku pada diriku
sendiri. Entah kenapa aku bisa sejatuh cinta ini kepadanya. Sehari tanpanya,
serasa setahun didalam penjara. Hasratku
ingin mengetahui walau sekedar kabar, sangat besar! Wooooow, fix, aku suka pada
dewi! Seakan berfikir, aku dapat
mengalahkan semua sainganku. Padahal sebenarnya aku sudah tau, kalau dewi suka
dengan laki-laki lain.
hari-hari
pun aku isi dengan semangat, jika aku mengingatnya. Dia adalah wanita perhatian, entah aku yang
keGRan apa tidak, yang pasti aku sayang dia. Malam-malampun terus
berganti. Dan disinilah timbul pemikiran
baru. Dari rasa yang hebat menjadi sebuah kecanggungan. Aku mulai di penuhi pikiran-pikiran baru, dan
salah satunya adalah cara berpakaian dewi. Entah itu karena tuntutan trend apa
karena dia model. Sering aku melihat di foto-fotonya saat di studio, atau saat
pemotretan. Dia mengenakan pakaian yang terbuka. Ingin sekali aku bilang “wi, tutup
auratmu, tutup. Jangan perlihatkan auratmu kesembarangan orang. Harta terbesar
yang kau miliki adalah aurat!” tapi apadaya, aku takut jika aku mengatakan itu,
dewi akan marah padaku. Aku takut jika dia merasa diatur-atur. Tapi di sisi
lain, aku juga berfikir, dia adalah seorang model, dia harus professional dalam
menerima job. Kebingunganku brtambah dan bertambah.
Ingin
rasanya aku bilang pada dewi, “dewi aku sayang dan cinta sama kamu, tapi ini
serius! Dan nggak bercanda!” karena aku sering bercanda dengan bilang “sayang
kamu” “cinta kamu wi :*” dengan harapan semua itu menjadi kenyataan. Tapi di
sisi lain, aku juga harus berkaca, instropeksi diri. Siapa aku, siapa aku! Aku
hanyalah anak orang yang tidak terlalu kaya. Aku adalah anak yang hanya bisa bermimpi
untuk menjadi pacarnya. Aku hanya anak yang tak punya apa-apa L. Yang kubisa hanyalah terus, terus, meberi semangat
kepadanya.
Pernah
aku mencoba melupakan dewi dengan mencoba pindah ke wanita lain, tapi apa daya,
aku tetap tak bisa. Rasa cintaku padanya, kalah dengan rasa cintaku pada dewi.
Dan saat
itu, saat malam itu. aku pernah berjanji, aku akan mencoba untuk tidak
mencintai dewi! Aku bertekad sangat kuat. Aku dan dewi hanyalah dan harus
sebatas teman. Aku akan membuatnya nyaman berada denganku walau sebatas teman
apapun caranya! Itu ada lah tekatku. Walau, asuatu saat, entah itu kapan, aku
akan mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya kepada dewi. Suatu saat dan
pasti! Entah diterima atau tidak, itu urusan belakang. Yang terpenting aku harus
berani!
Itu
adalah kisah singkat dari pengalaman hidup ku.
·
Jangan
ketawa saat membaca, karena bahasa agak alay. Sekian dan terimakasih
·
Oh
iya, aku juga baru ingat, aku masih mempunyai satu keinginan kecil yang bahkan
tidak akan terkabulkan. Yaitu, saat aku terbangun dari tidur malamku, dan orang
yang pertama membangunkanku adalah kamu “dewi crisna” J J J